Friday, 24 May 2013

pelayaran yang penuh peristiwa

kenali prosa tradisional warisan budaya

"mangkuk jorong pinggan pun jorong,
       si jorong berisi buah jati,
dua tiga kata terdorong,
       jangan di bawa masuk ke hati."

"Gunung Daik timang-timangan,
      tempat kera berulang alik,
budi yang baik kenang-kenangan
      budi yang jahat buang sekali."

"Asal ada sama ke padi
     pergi ke pantai menjual kapas
asal ada sama di hati
     gajah terantai boleh terlepas."

"Baik-baik mengail tenggiri,
     jangan kena jambatan larang,
baik-baik menghina diri
    jangan muka disapu arang."

"Pulau sembilan tinggal delapan,
    satu merajuk ke Kuala Kedah
sudah nasib permintaan badan
    kita di bawah kehendak Allah."

"Pulau Pandan jauh ke tengah
     sebalik pulau angsa dua
hancurlah badan dikandung tanah
     budi yang baik dikenang jua."

"Pulau Pinang bandarnya baru
      kapitan light menjadi raja
jangan dikenang zaman dahulu,
     duduk mengalir air mata."

Kuda di dalam lebuh
      air diharung hingga ke pinggang
mulut luka belum sembuh
      parutnya bila akan hilang."

"Asap api gulung gemulung
      anak buaya menelan bangkai
rasa hati memeluk gunung
      apa daya tangan tak sampai."

No comments:

Post a Comment